Penajam,- Hutan mangrove sering disebut hutan payau atau populer dengan sebutan hutan bakau. Disebut hutan payau, karena hutan ini tumbuh di atas substrat (media tumbuh) yang digenangi campuran air laut dan juga air tawar. Perpaduan keduanya menjadikan air di daerah tersebut menjadi payau. Disebut hutan bakau, karena orang sering mengenali dengan keberadaan spesies bakau (Rhizopora sp) yang dominan.
Hutan mangrove tumbuh di sepanjang pesisir pantai, muara sungai, bahkan ada yang tumbuh di rawa gambut. Komunitas dan pertumbuhan hutan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam, misalnya tipe tanah, salinitas, dan pasang surut, serta hempasan gelombang.
Mangrove Kampung Baru Penajam Paser Utara
Wisata Mangrove Kampung Baru terletak di Kelurahan Kampung Baru Tanjung Jumlai. Ekowisata hutan bakau memiliki jalan atau jembatan terbuat dari kayu sepanjang 400 meter. Wisata yang berada di daerah pesisir ini masuk dalam daftar wisata favorit warga lokal.
Di tempat wisata hutan mangrove, mata dimanjakan dengan rindang pohon mangrove. Tidak perlu takut kepanasan, karena rindangnya hutan mangrove melindungi pengunjung dari sengatan sinar matahari.
Jika berwisata ke Pantai Tanjung Jumlai, wisata hutan bakau masuk daftar rekomendasi. Karena lokasinya dari Pantai Tanjung Jumlah mudah dijangkau, akses jalan pun telah beraspal. Diperkirakan hanya butuh waktu 5 menit apabila berkendara sepeda motor atau mobil.
Ekowisata mangrove ini didiami beraneka binatang. Jika beruntung, pengunjung dapat melihat monyet berkeliaran mencari makanan.
Wisata Hutan Mangrove seluas satu hektare itu akan dilengkapi dengan gerbang utama, kantor pengelola, plaza dan pujasera, toko suvenir, serta area permainan dan perkemahan.
“Suasana asri, khas Mangrove cocok untuk liburan keluarga. Tempat yang bagus, lokasi cukup jauh. Tanpa biaya masuk, tempat ini bagus untuk anda yang ingin mencari kesunyian dan kesejukan hutan Mangrove yang luar biasa”, ungkap Andi Israwati.
Memiliki jalur pejalan kaki sepanjang 400 meter dan jembatan yang melintasi hutan bakau, dua gazebo, dan dua menara. Menurut penjaga, di tempat ini sangat sulit untuk bisa berjumpa dengan Primata Khas Kalimantan yaitu Bekantan karena menurutnya Bekantan cenderung menjauhi tempat tersebut jika ada banyak manusia, sambungnya menerangkan.
Namun, di tempat ini anda bisa mendengarkan beberapa kicau burung yang menghuni hutan tersebut, juga beberapa ikan laut yang berenang di dasar Hutan Mangrove, tutur Andi.
“Display informasi edukatif di Wisata Mangrove Kampung Baru mengetengahkan ragam info tentang jenis Mangrove, satwa liar dan peran Mangrove untuk kelestarian alam, Ada 15 titik display informasi edukatif di jalur trecking wisata Mangrove ini yang tersebar sesuai dengan keberadaan mangrove dan satwa liar di masing2 titiknya. Sangat cocok untuk wisata belajar siswa/anak, event mangrove-edu race, serta kegiatan penelitian,” imbuhnya menjelaskan.
Menurut Ketua Pokdarwis yang mengelola wisata Mangrove ini, baru-baru ini Duta Besar Kanada datang berkunjung ke wisata Mangrove tersebut, sangat senang dan mengapresiasi display informasinya yang tersedia dalam dua bahasa (Indonesia – Inggris) serta ada barcode.
Ke depan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata PPU akan membangun display informasi edukatif serupa akan diterapkan pada wisata Mangrove lainnya agar semakin atraktif sebagai wahana wisata edukatif.(rmt/pl)