Penajam – Dalam sejarahnya, upacara Nondoi pertama kali dilaksanakan oleh Nalau Raja Tondoi. Ia merupakan salah satu raja yang pernah bertahta di Kesultanan Paser. Konon, pada suatu hari ada seorang pembantu kerajaan mendapat penyakit yang tak kunjung sembuh. Lalu sang Raja mendapat petunjuk untuk dapat menyembuhkan penyakit tersebut dengan melakukan upacara Belian.
Belian berasal dari kata beli dan kelian. Beli dalam bahasa Paser berarti taring. Sedangkan kelian berarti sembuh atau mampu bangkit. Secara bebas, Belian bisa diartikan taring yang bisa menyembuhkan.
Belian merupakan upacara ritual yang dipercaya oleh masyarakat setempat secara turun-temurun mempunyai kekuatan gaib, roh-roh nenek moyang para leluhur akan hadir dalam upacara ritual tersebut.
Ritual Belian biasanya dipimpin oleh mulung atau dukun adat. Dalam rangkaian prosesi belian, sang mulung akan mengenakan taring, sabang sambit namanya. Selain taring, mulung juga mengenakan gelang kuningan bernama gitang.
Berat satu gitang kuningan ini mencapai 2 kg. Masing-masing tangan mulung akan dipasangi dua gelang. Gelang ini harus masuk seluruhnya ke tangan mulung, jika tidak masuk maka ritual tersebut tidak direstui leluhur.
Setelah memasang gelang, mulung akan merapalkan doa-doa kepada leluhur. Iringan musik petep, sejenis gamelan/kenong, mengalun bertalu-talu sepanjang ritual ini dilaksanakan. Ritual bisa berlangsung semalam suntuk, biasanya selesai pada pukul 04.00.
Ritual Nondoi dan Belian ini dilaksanakan untuk berbagai tujuan. Bisa untuk ritual bersih-bersih kampung dari hal-hal yang tidak diinginkan, bisa untuk pengobatan, hingga pembangunan rumah adat. Semua tergantung kepada si empu yang punya hajat.
Setelah ritual selesai, dilanjutkan dengan acara makan bersama oleh semua yang hadir di acara tersebut sebagai penutup.
Acara Nondoi ini tak eksklusif bagi adat setempat tapi juga bisa disaksikan wisatawan. Para wisatawan juga diperkenankan ikut bergabung dalam rangkaian ritual tapi hanya sebatas memainkan musik petep. Sedangkan untuk kenong hanya bisa dimainkan untuk mereka yang mewarisi keturunan leluhurnya.
Bagi masyarakat Paser, ritual ini merupakan upaya mereka dalam menghormati para leluhur. Dengan ritual itu masyarakat berharap agar mendapat hasil melimpah saat berladang atau bekerja.
Kekayaan budaya di calon ibu kota negara baru Indonesia ini sudah menjadi event wisata. Setiap tahunnya Pemerintah Penajam Paser Utara menyelenggarakan pesta Belian Adat Paser Nondoi. Pesta ini memadukan unsur budaya lokal dengan hiburan dan kegiatan lomba yang dikemas sebagai ajang menampilkan beraneka ragam budaya khas untuk melestarikan budaya asli “Benuo Taka”.(rmt/plt)