PENAJAM – Pada Hari Malaria Sedunia 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan negara-negara di dunia belum berada di jalur yang tepat untuk mencapai target nol malaria. Target pengurangan 90% kasus baru dan kematian akibat malaria pada 2030 pun masih sulit digapai.
Tercatat hingga bulan Juni 2023, kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencapai 687 kasus, sehingga masuk zona merah daerah endemis malaria.
Malaria merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit ini menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Meski begitu, malaria tidak menular, atau tidak menyebar dari satu orang ke orang lain. Malaria sebetulnya dapat disembuhkan, tetapi tanpa diagnosis dan penanganan yang tepat, malaria bisa berkembang menjadi penyakit parah dan berakibat pada kematian. Sementara, populasi yang rentan terjangkit penyakit ini termasuk penduduk miskin, wanita hamil, anak-anak, dan pengungsi.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU Temu menjelaskan penyakit malaria ditularkan gigitan nyamuk anopheles itu ditemukan bukan berasal dari kawasan pemukiman masyarakat atau kawasan hutan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Tetapi, lanjutnya, penyebaran penyakit malaria ini terdapat pada wilayah lintas perbatasan Kabupaten PPU dengan Kabupaten Paser dan Kabupaten Kutai Barat. Jadi, kasus malaria di Kabupaten PPU atau wilayah IKN merupakan kasus impor dari wilayah lain.
“Positif malaria itu kebanyakan orang-orang yang keluar masuk dari hutan dan rata-rata bukan masyarakat PPU tapi para pekerja atau pengrajin kayu yang melalui wilayah Kelurahan Sotek. Jadi ketika mereka sakit malaria otomatis berobatnya ke puskesmas terdekat dan secara otomatis tercatatnya di puskesmas Sotek,” ungkap Temu saat dijumpai di ruangannya, Kamis (27/07/2023)
Ia juga mengatakan, Pemerintah Kabupaten PPU melalui Dinkes PPU sudah berupaya agar menekan angka penyebaran kasus malaria itu menurun. Dengan melakukan survei vektor, survey tempat perindukan nyamuk, pemberian brekat lavarsida hingga mendistribusikan kelambu insektisida kemasyarakat.
“Kami (Dinkes PPU) juga melakukan pemeriksaan rutin dengan skrining malaria baik untuk pekerja yang sering keluar masuk hutan, termasuk ke warga-warga yang dekat dengan daerah endemis khususnya di wilayah Sotek dan para pekerja di lingkup IKN,” terangnya.
Sementara itu, Dinkes PPU telah membentuk advokasi dan sosialiasasi program penanggulangan malaria pada pekerja hutan di Kabupaten PPU. Giat ini bertujuan agar kasus malaria di Kabupaten PPU menurun dengan melakukan semacam profilaksis bagi para pekerja/pengrajin kayu yang melintas keluar masuk hutan.
“Kami sudah melakukan sosialisasi ke beberapa tokoh masyarakat di Sotek, karena kita akan melaksanakan kegiatan ini profilaksis mengenai program penggulangan malaria pekerja hutan di PPU. Kita juga bekerja sama dengan WHO (World Health Organization), nantinya kami akan melatih kader malaria yang akan melaksakan kegiatan ini,” tutupnya