JAKARTA – Pemerintah akan melakukan impor beras sebanyak sekitar 1 juta ton pada awal tahun ini. Klaim pemerintah, impor terpaksa dilakukan untuk menjaga stok beras nasional.
Ketua Kelompok Tani Sarwo Dadi Desa Baleraksa, Karangmoncol, Purbalingga, Fajar, mengungkapkan kondisi petani saat ini tengah terpuruk karena harga gabah sedang turun dan ikut terdampak pandemi Covid-19.
“Lagi murah, GKP (gabah kering panen) Rp 300.000 per kuintal. Normalnya Rp 350.000 per kuintal. (Di tingkat petani Purbalingga) beras sekarang Rp 7.800-8.000 per kg,” ujar Fajar dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (14/3/2021).
Dia mengkhawatirkan, rencana pemerintah mendatangkan beras impor bisa membuat harga gabah di tingkat petani semakin anjlok karena faktor spekulan. Ini karena pasokan beras diprediksi akan meningkat saat beras impor tiba.
Fajar yang juga Sekretaris Desa Baleraksa ini berharap pemerintah mempertimbangkan impor beras di tahun ini mengingat harga gabah petani sedang turun.
“Di masa pandemi Covid-19 sektor pertanian paling kuat bertahan ekonominya, tapi pemerintah hanya menilai tidak memikirkan nasib para petani,” ucap Fajar yang juga pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Purbalingga ini.
“Ditambah lagi pemerintah pusat akan mengimpor beras. Petani ditenggelamkan lagi, petani hanya sebagai slogan negara belaka,” kata dia lagi.
Dikutip dari Harian Kompas, produksi padi nasional tahun lalu cukup menggembirakan. Meski luas panennya 0,02 juta hektar lebih kecil dibandingkan 2019, produksi beras naik dari 31,31 juta ton (2019) menjadi 31,33 juta ton (2020), berarti produktivitasnya naik.
Angka produksi itu juga lebih tinggi dari konsumsi beras nasional tahun lalu yang diperkirakan 29,3 juta ton.
Kabar baik itu diikuti kondisi curah hujan pada akhir 2020 yang kondusif untuk memulai tanam. Dampaknya, ada potensi peningkatan luas panen di semester I-2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan luas panen padi selama Januari-April 2021 mencapai 4,86 juta hektar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang luasnya 3,84 juta hektar.
Sesuai proyeksi itu, produksi padi/beras berpotensi lebih tinggi. Sepanjang Januari-April 2021, produksi beras ditaksir 14,54 juta ton, naik 26,84 persen dibandingkan Januari-April 2020 yang tercatat 11,46 juta ton.
Situasi harga di pasar sejalan dengan data produksi gabah dan beras nasional yang mengindikasikan pasokan mencukupi kebutuhan.
Akan tetapi, di tengah kinerja positif itu, pemerintah memutuskan impor 1 juta ton beras tahun ini. Dalih pemerintah impor beras Dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3/2021) lalu, pemerintah mengonfirmasi rencana impor yang sudah berembus sejak sepekan sebelumnya.
Pemerintah memutuskan akan mengimpor 500.000 ton beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP) dan 500.000 ton untuk kebutuhan Bulog.
Kini Tambahan itu diharapkan memperkuat cadangan beras (iron stock) pemerintah yang ditargetkan setidaknya 1-1,5 juta ton.
“Iron stock itu barang yang memang ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan, dia mesti memastikan barang itu selalu ada. Jadi tidak bisa dipengaruhi oleh panen atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock,” jelas Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa impor beras perlu dilakukan untuk menjaga stok beras nasional.
“Pemerintah juga melihat bahwa komoditas pangan itu menjadi penting, sehingga salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1-1,5 juta ton,” terang Airlangga dikutip dari Kontan.
Ia bilang, stok beras perlu dijaga karena pemerintah perlu melakukan pengadaan beras besar-besaran untuk pasokan beras bansos selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Selain itu, adanya banjir yang menerjang beberapa daerah mengancam ketersediaan pasokan beras.
Politikus Partai Golkar ini mengeklaim, pemerintah tetap melakukan pengadaan beras beras-besaran dari petani lokal.
Upaya menjaga ketersediaan stok beras tersebut dilakukan melalui penyerapan gabah oleh Bulog dengan target setara beras 900.000 ton pada saat panen raya Maret hingga Mei 2021 dan 500.000 ton pada Juni hingga September 2021.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Jeritan Petani: Harga Gabah Lagi Murah, Kok Impor Beras”